Tak selamanya “sing waras ngalah”

Standard

Terkadang ungkapan “sing waras ngalah” tidak dapat diaplikasikan ke dalam semua aspek kehidupan.

Apabila yang waras selalu mengalah, berarti dunia ini nantinya dikuasai “orang gila” dong?

Ya, seperti “diam itu emas”, tidak selamanya diam itu emas. Bukankah semakin banyak orang baik yang diam, semakin banyak pula kedzaliman yang terjadi?
Di sini saya hanya berusaha untuk mengingati teman-teman untuk saling meluruskan.

Hidup seperti anak panah

Standard

Anak panah tak pernah terlepas dari busur panahnya.

Percuma, ada anak panah saja tapi tidak ada busurnya. Kita tak kan bisa memanah tentunya.

Ada hal yang dapat kita petik dari benda-benda ini. 

Kita perlu menarik mundur anak panah dengan busur sehingga anak panah tersebut melesat pada satu tujuan.

Apa artinya? Artinya adalah…

Terkadang kita harus kita harus men-set-back diri kita untuk melakukan percepatan dalam tujuan hidup kita.

Do nothing

Standard

Ada kalanya kita tidak melakukan apa-apa, bertanya-tanya, merasa sesal, merenungi segala kejadian yang telah terjadi.

Stagnan. Masih pada titik itu.

Di sisi gelap, dingin dan hujan.

Bingung. Hilang arti itu, hilang semangat itu.

Sampai kapan tapi? 

Bukankah hidup itu ada tujuan? Jangan sampai hilang arah.

Kuncinya adalah iman. Yang menggerakkan kita ke tujuan tersebut.

Mari raih kembali, bangkit!

Teruntuk para kaum pembenci kaum tertentu

Standard

​Karena sekarang kebanyakan orang-orang yang katanya cerdas, dengan pemikiran liberalnya menganggap mereka paling benar, menuhan-nuhankan hal yang fana, fanatisme terhadap ideologi dan logika mereka.

Sehingga pemikiran jernih mereka bias, nalar mereka mati, padahal itu hanya stereotip, framing negatif pada suatu kaum.

Kemudian apapun yang berhubungan dengan kaum tersebut, maupun itu benar, tetap dianggap salah, dapat dikatakan “hate”, anti kaum tersebut.